6.12.11

WHICH STAR ARE YOU FROM ? : VERSE

 CHAPTER 2: VERSE



Hyun memandang arlojinya dengan gelisah. Sesekali dia menengok ke ujung koridor dan ke langit yang kini berwarna kelabu gelap. Hujan rupanya bersiap mengguyur bumi lagi. Sekolah Hyun tampak lengang. Para siswa sudah sedari tadi tergesa-gesa untuk pulang, Mereka tidak mau terjebak hujan disekolahnya yang dingin itu. Para gurupun demikian, tak nampak seorang pun diruangannya.Hanya penjaga sekolah saja yang masih ada disana, itupun karena dia sedang sibuk mengobrol dengan kekasihnya si penjaga kantin.

“Aigoo…kenapa orang itu selalu saja terlambat, padahal hujan akan segera turun. Haruskah aku menyapu halaman dalam guyuran hujan lagi? Aigoo….”

Hyun mendesah gelisah. Ini sudah kali kelima Yong datang terlambat untuk menjalankan detensinya. Hal itu sangat mengganggu Hyun. Tentu saja, dia akan pulang terlambat lagi. Apalagi hari ini mereka agendanya juga akan merapikan gudang untuk latihan drama. Hyun merasa kasihan kepada tante Min yang menjemputnya. Bila hari ini hujan seperti kemarin, tentu tantenya akan kedinginan dan Hyun tidak mau merepotkan tante Min seperti itu Segera dia mengirimkan pesan singkat ke nomor tantenya, bahwa hari ini dia akan pulang sendiri.

“Hai, Seohyun, mianhe…aku terlambat lagi”

Yong tiba-tiba telah berada disamping Hyun.

“Kenapa kau begitu tidak bertanggung jawab, Yong Hwa-ssi? Ini sudah jam berapa?” ujar Hyun sambil cemberut. Seohyun sengaja memanggil Yong dengan resmi untuk menegaskan kemarahannya.

“Jeongmal mianhe, seohyun ah….tadi ada sedikit masalah dengan bandku, jadinya aku terlambat…lagi”

“Ah, chinca?….huh..gwenchanayo, sudahlah…sekarang kira harus cepat-cepat membersihkan halaman sebelum hujan turun, Palli….”

Sayangnya, hujan keburu turun dengan derasnya. Mau tak mau, mereka pun jadi basah kuyup.

--------------------00---------------------

Setengah jam kemudian…..

“Aku sudah selesai ganti bajunya. Kamu sebaiknya ganti baju sekarang, jangan lupa mandi air hangat dulu. Kamu masih punya baju bersih khan dilokermu? Aku akan membuatkan teh herbal.Ayo, palli!” perintah Hyun sambil menyodorkan handuk kepada Yong Hwa yang menggigil. Mereka sudah selesai membersihkan halaman dan kini sedang beristirahat di kantin.

“Huh, Seohyun ah, kau terdengar seperti ibuku” ujar Yong Hwa sembari beranjak dari duduknya.

“Aku hanya tidak ingin kau sakit besok. Masih banyak yang harus dirapikan dan aku tidak ingin melakukannya sendiri”jawab Hyun kalem.

Sepuluh menit kemudian, Yong Hwa sudah kembali dengan memakai pakaian olah raga.

“Hanya ini yang kutemukan di lokerku. Aku heran, kenapa kau bisa punya baju ganti. Apa kau selalu seperti itu” tanya Yong Hwa sembari menarik kursi untuk duduk didepan Hyun.

 Hyun yang sedari tadi mengaduk teh, mendadak terkesiap saat mendongakkan kepala. Sosok dihadapannya menjadi begitu menawan di matanya hingga membuatnya stunning. Bukannya Hyun selama ini tak sadar jika Yong Hwa memang tampan, tapi melihatnya sedekat dan seintim ini membuat jantungnya dugeun-dugeun. Yong Hwa memang benar-benar tampan, Hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah alami, dan mata coklatnya yang hangat seketika membuat meleleh. Apalagi dengan kondisi rambut basah seperti sekarang ini.
Ottokke? Apa ini? Bisik batin Hyun gelisah. Perasaan baru yang sulit diidentifikasi membuatnya bingung.

“Hei, aku tahu kalau aku memang tampan, tapi jangan memandangku seperti itu dong” 

Yong menjentikkan jari sembari tersenyum. Hal itu langsung membuat Hyun menjadi salah tingkah.

“Ah..aniyo…aniyo…chinca… aigoo…kamu pasti sangat senang sekali” ujar Hyun sambil menutupi malunya.

“Aku hanya bercanda Hyun ah, santai saja kekekeke..tapi apa kamu sudah memberitahu ibumu kalau pulang telat hari ini. Beliau yang sering menjemputmu itu kan?”

“ Ne, aku tadi sudah mengirim pesan untuk tidak menjemputku. Aku berniat untuk pulang naik bus hari ini. Emm…sebenarnya dia bukan umma ku, dia Ahjummaku, namanya tante Min Je”

“Oh, begitu. Memangnya selama inikamu hanya tinggal dengan ahjumma mu?”

“Ne. Orang tuaku sudah meninggal sebelas tahun yang lalu karena kecelakaan. Hanya tante Min je satu-satunya keluargaku”

“Mianhe, Hyun. Aku tak bermaksud membuatmu sedih” ujar Yong Hwa bersimpati.

“Aniyo, aku baik-baik saja, Yong oppa. Sekarang, rasanya sudah tak sesakit dulu “

Sebenarnya Hyun masih memikirkan orang tuanya tiap malam. Sampai saat inipun, Hyun juga masih sering bermimpi buruk tentang tenggelamnya mobil orang tuanya disungai. Sebuah kejadian tragis yang menorehkan luka mendalam dihati Hyun, karena dia adalah saksi hidup perisyiwa itu. Apalagi jika dia ingat bahwa penyebab kejadia itu adalah dirinya, Hyun semakin merasa sedih.

“Hei, Hyun, kau melamun lagi ya? Awas lho, nanti jiwamu bisa dimakan setan kalau kebanyakan melamun”

“Ah, cinca, aku tak percaya takhayul seperti itu, Yong oppa. Oh ya, apa ibumu juga tidak mencemaskanmu?”

“Tentu saja dia cemas, aku kan anak kesayangannya. Tapi tenang saja, aku sudah menelponnya tadi,” ujar Yong eenteng.

“Apa kau anak  tunggal oppa?”

“Ani. Aku punya seorang Hyung. Dia sekarang sedang kuliah di luar kota. Oh ya, kau harus bertemu dengan omoniku, Hyun ah. Dia bilang punya anak laki-laki itu sangat membosankan apalagi jumlahnya ada dua. Dia sangat ingin sekali mempunyai anak perempuan, terlebih yang cantik sepertimu” ujar Yong Hwa sambil tersenyum lebar.

Muka Hyun langsung memerah.

Apa dia tidak salah dengar? Yong oppa bilang di cantik? Mwo? Puta???? Omo….omo…..Dugeun-dugeun didadanya makin berdetak keras.

“Hei, kenapa lagi dengan wajahmu sampai memerah seperti itu? Apa kau malu, Hyun ah?” ujar Yong Hwa seraya menatap Hyun tajam.

Hyun semakin tak berkutik, mukanya terasa sangat panas. Dia hanya mampu menunduk lebih dalam.

“Hahaha, kau memang sangat unik, Hyun ah. Baru kali ini aku bertemu gadis sepertimu…hahaha..jashik! Jujur, kau memang cantik Hyun ah, apalagi dengan rambut tergerai seperti itu. Sering-sering saja kau melakukannya” ujar Yong Hwa sambil tertawa lebar.

Aigoo…ahjumma..ottoke??? bisik batin Hyun blingsatan. Duh, orang ini…..

“Sudah..sudah, Hyun ah. Sebaiknya aku mengantarmu pulang sekarang. Ayo kita ke parkiran.”
Hyun mendongak tak mengerti.

“Tapi oppa….”

“Tenanglah, aku sudah meminta kunci gudang kepada penjaga sekolah, jadi kita bisa kesana besok. Lagipula kita akan kedinginan jika membershkan gudang sekarang,kan disana tidak ada pemanasnya. Aku akan menjemputmu pagi-pagi sekali besok, bagaimana?”
Hyun pun hanya mengangguk pelan.

---------------------00----------------------

Yong Hwa benar-benar menjemputnya pagi-pagi sekali. Untungnya, Hyun sudah bangun jadi dia bisa bersiap-siap sedari awal. Sebenarnya sih, Hyun tidak benar-benar tidur malam itu. Membayangkan kejadian kemarin saja sudah membuat Hyun tak dapat memejamkan mata, apalagi hari ini Yong oppa akan menjemputnya, benar-benar membuat perasaan Hyun campur aduk dibuatnya.

“Oppa, kau sudah sarapan belum?” Tanya Hyun setibanya mereka di gudang sekolah.
“Belum, tadi aku terburu-buru hingga lupa makan”

“Ini ada Hotteok, susu, dan pisang. Makanlah dahulu, aku kan mempersiapkan alat kebersihannya” ujar Hyun seraya menyodorkan kotak makanan.

“Gomawo Hyun. Tahu saja aku sedang lapar sekarang. Oh ya, melihat kondisi gudang ini, mungkin merapihkannya butuh waktu yang agak lama, bisa sampai sore kalau sekotor ini” ujar Yong sambil memandang berkeliling.

“Ne. Aku juga berpikir demikian, oppa. Makanya tadi aku juga sudah membawa bekal makan siang dan beberapa snack, jadi kita tidak akan kelaparan disini. Oh ya, aku juga sudah membawa essay yang akan kita kumpulakan ke MR Han. Tolong nanti kau baca ya, oppa, sekalian dikoreksi.”ujar Hyn sambil menyerahkan lembaran essay kepada Yong Hwa.

“Ah, Seohyun ah, jashik! Kau memang daebak. “ujar Yong seraya mengacungkan dua jempolnya.

Hyun memalingkan muka untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.
Akhirnya mereka pun mulai membersihkan gudang itu. Mereka harus kerja ekstra keras, karena, seperti yang dibilang Yong, gudang itu memang benar-benar kotor. Semuanya berdebu dan banyak sekali sarang laba-laba. Sesekali terdengar jeritan Hyun ketika tanpa sengaja dia menemukan tikus, kecoa atau serangga lainnya. Jeritannya itupun terkadang menjadi omelan kecil ketika dengan sengaja, Yong menakut-nakuti Hyun dengan melemparkan sesuatu kearahnya. Yong Hwa pun puas tertawa melihat tingkah Hyun yang ketakutan. Hyun pun dalam hati bahagia sekali. Dugeun-dugeunnya menjadi-jadi.

-------------------00----------------------

Hari sudah beranjak petang. Pekerjaan mereka pun hampir selesai. Tinggal merapikan sedikit lalu mereka bisa pulang. Yong Hwa tengah berkutat untuk menggeser sebuah almari besar yang sarat ke samping. Dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk mendorongnya, tapi benda itu tak bergerak juga.

“Mungkin sebaiknya kau mengeluarkan seluruh isinya dahulu, oppa. Nanti kan almarinya bisa lebih ringan” usul Hyun.

“OK, mari kita keluarkan. Aku yang mengambil dan kamu yang menyingkirkan ya”

Setelah bebrapa saat….

“Hyun, guci keramik yang diatas ini, sulit untuk dijangkau…bagaimana ya ini, apa tidak ada tangga atau apalah….” ujar Yong sebari memandang berkeliling.

“Yang ada kursi kecil ini,oppa. Tapi sudah goyang kakinya, bagaimana?”

“Pakai itu saja, Hyun. Tolong bawa kesini”

“Hati-hati, oppa. Kursinya tidak terlalu kokoh. Lagian gucinya juga lumayan berat” ujar Hyun cemas melihat Yong menaiki kursi.

Yong berusaha meraih guci keramik besar yang ada diatas almari. Karena kursinya pendek, jari-jarinya belum bisa meraih dengan sempurna. Tiba-tiba, kaki kursi tempat Yong berpijak patah, membuat Yong seketika terjatuh kelantai. Suara berdebum mengiringi jatuhnya Yong kelantai yang keras.

“Ahhh….” Yong berteriak saat terjatuh. Hyun pun menjerit ketakutan.

Sialnya, guci yang tadi dijangkau Yong menjadi labil, lalu miring ke depan, mebiarkan daya gravitasi bumi mempengaruhinya dan akhirnya ikut terjatuh….tepat kearah kepala Yong.

Hyun menjerit histeris.

“Oppa, tidakkkkkkk……..”

Tiba-tiba, semburat cahaya menyiaukan mata menyeruak ke seluruh ruangan. Terdengar suara keras benda pecah beradu dengan dinding. Sedetik kemudian, hening menyelimuti.
Yong Hwa terlihat shock dan pucat pasi sedangkan Hyun terduduk dilantai, terengah-engah.
“Hyun ah, kk..kkau….aa..apa yang terjadi?” ujar Yong Hwa dengan suara bergetar.
Hyun bergeming. Tatapan matanya sukar dilukiskan.

“Hyun..kenapa guci itu….bisa pecah di dinding? Bukankah…bukankah harusnya jatuh ke lantai?Hyun ah…ada apa ini?

Badan Hyun gemetaran hebat. Matanya nanar.

“Aa..aku tidak…tahu. Mianhe” jawab Hyun lirih, seraya bangkit dan berlari keluar menembus hujan dan meninggalkan Yong Hwa yang tertegun.

-----------00------------

No comments:

Post a Comment