6.12.11

MY DARK SIDE


Fanfiction Title: My Dark Side
Rating: All ages
Cast: Song Jin Ah, Leeteuk, Manajer Kang, Lee So Man
Type: Oneshot
Genre: Drama

MY DARK SIDE


Sekali lagi, Song Jin Ah menatap pintu gerbang rumah sakit tempat ibunya dirawat, sebelum menyetop taksi  dan pergi meningglkan tempat itu. Tak terasa, air matanya mengalir deras di pipinya. Tiap kali Jina Ah mengunjungi ibunya disana, Jin Ah selalu pulang dalam keadaan sedih. Sudah setengah tahun ini ibunya dirawat karena kanker otak yang membuatnya tak bisa lepas dari alat penyangga hidup, dan sedari tiga minggu yang lalu ibunya mengalami koma, sehingga Jin Ah mau tak mau harus membanting tulang lebih keras lagi untuk membiayai pengobatannya. Awalnya, Jin Ah sedikit lega ketika diterima sebagai trainee di SM Entertainment dalam sebuah ajang pencarian bakat  tiga bulan yang lalu. Sayangnya, dia kecewa karena menjadi trainee itu tidak sama dengan menjadi bintang. Dia masih menjadi bukan siapa-siapa disana, apalagi mengingat dia masih junior dan seabrek trainee lain yang berlomba-lomba mencari peluang untuk disorot. Belum lagi, trainee bergaji sangat terbatas, tergantung level dan kemampuannya Pokoknya hidup menjadi trainee di SM ataupun agency lain sama miskinnya. Bahkan kepahitan hidupnya semakib bertambah ketika dia masuk SM, tapi Jin Ah tidak menyerah karenanya.
Jin Ah memasuki lobi SM Agency dengan langkah cepat. Dia sudah terlambat untuk sesi latihan akting hari ini, untung saja guru aktingnya, Mr Cho, sangat baik. Beliau telah mengijinkannya untuk datang terlambat begitu tahu alasan Jin Ah sebenarnya. Tiba-tiba, seseorang menepuk punggungnya dari belakang.
“Jin Ah, dari mana saja kau? Kenapa kau tak ikut kelas akting?”
Tanpa menolehpun Jin Ah sudah tahu siapa yang menepuk punggungnya tadi. Hanya satu orang di SM Agency ini yang memanggilnya Jin Ah. Biasanya yang lain memangil Jenna, nama panggungnya. Orang itu sangat baik padanya. Sejak pertama kali trainee, namja itu sudah banyak menolongnya dan selalu ada saat dia kebingungan dengan segala tetek bengek prosedur keartisan. Jin Ah pun sering berhayal kepedean bahwa seniornya itu suka padanya.
“Leeteuk oppa, kau rupanya. Iya, aku pergi ke suatu tempat dulu. Ada yang harus ku kerjakan.” Ujar Jin Ah menghentikan langkahnya.
“Oh, aku pikir kau sakit, Jin Ah. Aku tidak ingin hal yang buruk terjadi denganmu.”
“Jangan khawatir, oppa. Aku baik-baik saja”
“Oh ya, Jin Ah. Besok siang, apakah kau ada agenda? Aku ingin mengajakmu makan Samgyupsal. Fee iklanku baru saja turun, jadi aku ingin mentraktirmu.”
“Wah, baiklah. Aku juga sudah lama tidak makan itu. Oh ya, apakah anak-anak trainee lain juga ikut?” tanya Jin Ah dengan sumringah.
“Aku tadi sudah membelikan anak-anak di grupku dua kilo daging sapi. Mereka sekarang sedang memasaknya di dorm” jawab Leeteuk sambil tersenyum.
Tiba-tiba, handphone Jin Ah bordering, Diapun minta ijin untuk menjawabnya. Telepon itu dari manajer Kang yang menyuruhnya pergi ke Seoul Diamond Hotel segera. Tanpa membuang waktu, Jin Ah pun berpamitan kepada Leetuk dan segera meluncur kesana.
“Kau sudah datang, Jenna?! Cepatlah berganti pakaian lalu masuk ke kamar itu. Para tamu sudah menunggumu dari tadi.” perintah Manajer Kang sambil menunjuk sebuah kamar tertutup di dalam suitehouse hotel.
Jin Ah mengangguk tanda mengerti, kemudian masuk ke kamar mandi yang tersedia di dekat pantry. Inilah yang dimaksud kepahitan berikutnya di SM agency. Profesi Jin Ah, disamping sebagai trainee juga sebagai pelacur terselubung di agency.  Tugasnya adalah menemani dan memberi kenikmatan para bos dan klien SM agency. Jin Ah harus stand by 24 jam untuk tugas khususnya itu, dan mendapat bayaran yang disetarakan dengan biaya akomodasi di SM dorm, karena Jin Ah tidak sanggup membayar biaya itu. Tidak banyak fee yang masuk kekantongnya. Terkadang, dia juga mendapat bonus dari para klien yang ditemaninya bila mereka puas dengan pelayanannya. Jin Ah sudah menjalani profesi ganda itu sejak dia menginjakkan kaki di SM agency. Sejauh ini, dia sudah pernah menemani seluruh pria di jajaran redaksi SM, juga beberapa klien penting dari wartawan hingga pejabat pemerintah. Sebenarnya, Jin Ah muak dengan apa yang dilakukannya, tapi mengingat ibunya butuh biaya banyak, akhirnya pekerjaan itu tetap ditekuni, sambil menunggu dia naik level menjadi artis SM agency.
Dengan perlahan, Jin Ah mengetuk pintu kamar lalu masuk ke dalam. Lee Soo Man, sang direktur utama, menyambutnya dengan senyum sumringah diiringi tepuk tangan dari beberapa klien. Jin Ah membalas senyum itu dengan melucuti satu-persatu baju seksi yang dipakainya.
***
Leeteuk tersenyum lebar sambil menggandeng tangan Jin ah ketika memasuki kedai samgyupsal. Hari ini cuaca sangat cerah, secerah hati Leeteuk yang kesampaian kencan makan siang dengan Jin Ah. Jin Ah pun hanya tersenyum lembut saja melihat ulah Leeteuk yang bersemangat. Merekapun langung memesan samgyupsal dan langsung melahapnya begitu pesanan datang. Memang nikmat sekali makan samgyupsal disiang seperti ini.
“Jin Ah, terima kasih kau mau datang. Aku sangat senang sekali” ujar Leeteuk seraya mengelap mulutnya dengan tissue.
“Aku yang seharusnya berterima kasih, oppa. Jarang sekali kita makan enak.”
“Oh ya, Jin Ah. Sudah berapa lama kita kenal? Sebulan kah?
“Lebih, oppa. Sekitar tiga bulanan. Oh ya, terima kasih telah membantuku selama ini,oppa”
“Jin Ah, sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu. Aku rasa ini waktu yang sangat tepat” ujar Leetuk dengan pandangan serius
“Tentang apa, oppa?”
“Jin Ah, sudah lama aku..mm….aku menyukaimu. Bahkan sejak pertama kali mengenalmu. Belum pernah aku bertemu dengan gadis secantik dan sebaik dirimu. Makanya, Jin Ah..mm…maukah kau menjadi pacarku?” ujar Leeteuk bersungguh-sungguh.
Awalnya Ji Ah sangat berbahagia mendengar Leeteuk menembaknya, tapi kemudian rasa itu berubah menjadi kesedihan ketika Ji Ah ingat kedudukannya kini. Dia tidak ingin Leeteuk sakit hati nantinya ketika tahu Ji Ah sudah pernah tidur dengan banyak pria di agencynya. Ji Ah malu menghadapi semua itu.Akhirnya, dengan membulatkan hati, JI Ah pun berbicara.
“Leeteuk oppa, aku sangat tersanjung dengan perasaanmu padaku. Tapi, mianhae. Aku tak dapat menerimamu menjadi pacarku karena aku hanya menganggapmu sebagai kakak saja, tak lebih.”
Mendengarnya, Leeteuk yang semula bersemangat menjadi murung. Wajahnya menyiratkan berbagai macam rasa, antara sedih, kecewa, marah, dan bingung.
“Baiklah, Jin Ah. Aku mengerti” ujat Leeteuk dengan nada sedih sambil menekuri meja.
Jin Ah menghela nafas berat. Keputusan ini memang tak mengenakkan, tapi apa daya, esensi hidup itu penuh dengan pilihan-pilihan dan kali ini dia karus memilih untuk menolak cinta Leeteuk untuknya, walaupun itu pilihan yang berat. Tetapi, Jin Ah merasa itu adalah pilihan yang tepat. Jika dia menerima Leeteuk menjadi pacarnya, pasti dikemudian hari akan timbul masalah yang lebih besar lagi dan Jin Ah memilih untuk menghindarinya.
Telepon Jin Ah berbunyi nyaring, rupanya dari manajer Kang lagi. Kali ini, dia meminta Jin Ah untuk segera datang ke sebuah villa di pinggiran kota. Jin Ah pun mengiyakan seraya meminta diri kepada Leeteuk yang masih terpekur dalam lamunannya.
Setengah jam kemudian, Jin Ah tiba di lokasi. Seperti biasa, dia disambut oleh manajer Kang yang telah siap dengan kotak make up dan pakaian ganti. Private party kali ini temanya Pool party, dan peran Jin Ah adalah menjadi gogo girl yang menarikan wet dance. Manajer Kang juga berpesan agar Jin Ah serius bekerja karena banyak klien penting dan calon klien baru dari SM yang datang. Tiba-tiba, telepon Jin Ah bordering tepat ketika dia selesai bermake up. Tertera ID Rumah sakit Hong Gil disana. Jin Ah pun buru-buru mengangkatnya.
“Yoboseyo, ini Song Jin Ah. “
“Song Jin Ah ssi, ini dari rumah sakit Hong Gil, kami dengan sangat terpaksa harus memberitahukan bahwa ibu anda, nyonya Jang Mo Ra, saat ini sedang kritis keadaannya. Kami harap anda dapat segera datang kesini untuk menemaninya karena mungkin ini saat terahir beliau. Apa anda bisa hadir, Jin Ah ssi?”
Jin Ah mencengkeram handphonenya mendengar pernyataan dari perawat barusan, dengan antara sadar dan tidak, dia mngiyakan seraya menutup teleponnya. Jin Ah pun sontak merosot ke lantai.
“Ada apa, Jenna?” manajer Kang yang datang dari luar kamar langsung bertanya ketika dilihatnya Jin Ah duduk termenung di atas lantai.
“Ma..manajer Kang, ibuku…dia…dia…kritis. Aku harus….kesana sekarang” ujar Jin Ah terbata.
“Tapi, acara sudah hampir dimulai, Jenna. H Kau tidak boleh pergi dari sini sekarang” ujar manajer Kang ketus.
“Tapi ibuku membutuhkan aku, manajer!” timpal Jin Ah tak kalah keras.
“Yah, kalau dia menyayangimu, tentu dia akan menunggumu hingga acara ini selesai. Jenna, pikirkan karirmu nanti, orang mati juga tidak akan punya masa depan lagi. Kaulah yang masih punya kehidupan panjang, jangan sia-siakan kesempatan ini.”
“Aku harus pergi, manajer. Tolong ijinkan aku” ujar Jenna dengan mata berkaca-kaca.
“Tidak! Sampai acara ini selesai, kau tidak boleh pergi kemana-mana. Ayo lekas ke kolam renang, para tamu sudah menunggu.” Ujar Manajer Kang sambil menarik tangan Jenna keluar.
“Ah, satu lagi, benda ini biar aku yang bawa, hingga kau menyelesaikan showmu” tambah manajer Kang seraya merebut HP Jin Ah. Jin Ah pun tak berdaya saat digiring ke kolam renang.
***
Jin Ah memandangi foto ibunya yang diletakkan diatas meja altar ditemani oleh bunga-bunga krisan putih. Pemakaman telah selesai berjam-jam yang lalu, menyisakan Jin Ah yang merana sendirian di rumahnya. Andai saja dia pergi waktu itu, tentu dia masih bisa bertemu ibunya dalam keadaan hidup. Penyesalan yang sagat terlambat, mengingat dia menemukan ibunya sudah kaku menjadi mayat. Jin Ah pun tak henti-hentinya menangis. Leeteuk yang hadir di upacara pemakaman tak mampu meredakan tangisnya itu. Bahkan niat baiknya untuk menemani Jin Ah pulang pun ditolak dengan kasar. Jin Ah hanya ingin sendirian meratap. Hidup Jin Ah kini sebantang kara. Dia merasa tak ada gunanya lagi bekerja ganda di SM, toh ibunya juga sudah meninggal. Gara-gara pekerjaan kotor itu, Jin Ah mengalami kepahitan lagi. Gara-gara bos-bos gemuk SM dan klien-klien bejatnya. Jin Ah mengutuk mereka semua. Jin Ah benci orang-orang tak beradab itu.
Dengan tangan bergetar, Jin Ah pun mulai menulis sebuah catatan. Dia menuangkan semua kebejatan petinggi SM atas dirinya dalam sebuah cerita sedih. Nantinya, Jin Ah ingin seluruh dunia tahu bahwa direksi SM agency itu adalah para penjahat tak bermoral yang memanfaatkan trainee seperti dirinya hanya untuk memuaskan nafsu mereka.Dia juga ingin agar mereka dihukum seberat-beratnya untuk kejahatannya itu dan tak ada lagi korban yang jatuh ke lembah hitam terselubung bernama artist agency. Karena disinyalir memang banyak para calon artis seperti dirinya, terpaksa menjalani pekerjaan ganda di dunia itu.
Jin Ah membaca ulang catatannya dan melipatnya dengan rapi. Kemudian diselipkannya kertas itu dikantong celananya. Jin Ah bangkit dari duduknya dan meraih foto alm ibunya. Diciumnya foto itu lama-lama kemudian beranjak ke kamar mandi.
Jin Ah mengambil sebatang silet dari kotak obat dan duduk di bath tub yang kering. Dengan ketetapan hati, digoreskannya silet itu ke urat nadi ditangannya. Seketika darah mengucur deras dari urat nadinya yang terpotong. Sambil bergumam berlinang air mata, dipeluknya foto ibunya di dada.
“Selamat tinggal Leeteuk oppa, sebenarnya aku juga mencintaimu. Tapi aku terlalu kotor untukmu. Mianhae….. Selamat tinggal semuanya, kuharap kalian mengenangku sebagai orang yang baik….. Eomma, tunggu aku eomma..aku sangat merindukanmu,,,,tunggu aku eomma…..”
***
Leeteuk memandangi peti jenasah Jin Ah yang pelan-pelan diturunkan ke pusaranya dengan berkaca-kaca. Gadis yang dicintainya itu pergi untuk selamanya dengan cara yang sangat tragis. Apalagi ketika polisi menemukan catatan di mayatnya yang berisi ungkapan kepahitan Jin Ah atas perlakuan SM agency padanya. Leeteuk semakin bimbang saja. Album perdana bersama grupnya akan rilis beberapa hari lagi.Sementara dia menjadi sakit hati pada boss SM atas insiden Jin Ah. Haruskah Leeteuk mengundurkan diri? Ataukah dia tetap melanjutkan karier dengan hari setegah rela?undukan baru telah terbentuk didepannya, bertaburkan bunga-bunga beraneka rupa. Sementara disebelahnya ada sebuah karangan bunga tanda dukacita dari SM Agency, berdiri caggung dengan begitu ironis.
“Hyung, mari kita pulang. Aku rasa Hyung butuh beristirahat yang banyak” ujar Donghae seraya merangkul bahu Leeteuk untuk diajak pulang.
THE END
***

No comments:

Post a Comment