12.9.13

Hanya Setahun Sekali

Hanya setahun sekali kulihat fenomena ini. Orang-orang tua, muda, pria, wanita, besar, kecil, berduyun-duyun melewati jalan di depan kompleksku. Sebenarnya, yang namanya jalan yan memang buat lalu lalang orang dan kendaraan, tentu saja. Tapi jalan ini bukan jalan besar nan beraspal. Jalan kompleks ini sengaja dibangun hanya untuk akses ke kompleks dan perumahan sekitar, lain tidak. Apaplagi, gang tempat rumahku berdiri itu letaknya ada di ujung jalan. Setelah gangku, yang ada hanya tegalan serta jalan setapak. Herannya, rombongan besar orang-orang itu mengular melewati jalan kompleksku, lalu ke jalan setapak, terus melewati sawah ladang hingga sampai diujung jalan sana, dan itu tidak dekat.

Dulu aku beranggapan, mungkin orang-orang itu adalah rombongan pengantar pengantin karena mereka memakai baju yang bagus dan bukan baju yang dikenakan sehari-hari dan bis-bis yang terparkir berjajar hingga jauh. Tapi, kulihat tak ada yang menikah atau resepsi disekitar rumahku. Juga tak ada yang membunyikan lagu dangdut atau Jawa sebagai lazimnya orang hajatan. Aku juga pernah menduga mungkin mereka adalah rombongan ziarah. Tapi di daerahku tak ada satupun makam yang dikeramatkan, atapun makam para wali untuk diziarahi.Aku jadi bingung, sebenarnya mereka datang kemari untuk apa dan mau kemana?!

Setelah sekian lama bertanya-tanya, akhirnya rasa penasaranku terjawab juga. Ternyata mereka adalah para pengantar jemaah haji. Daerah asalnya pun spesifik, biasanya mereka berasal dari daerah sekitar pantura, ditilik dari bahasa yang digunakan. Lalu muncul sebuah keheranan dari benakku. Jika hanya mengantar satu orang calhaj, kenapa harus dilakukan oleh orang sedesa yang notabenenya lebih dari sepuluh orang. Silakan dikalikan saja misal ada 300 calhaj, berapa orang pengantarnya. Bukankah itu tindakan wasting everything?! Ya uang, ya tenaga, ya waktu. Tapi ternyata, menjadi pengantar calhaj itu merupakan budaya dikalangan masyarakat pesisir. Mereka merasa bahwa adalah suatu kehormatan tersendiri untuk mengantar calhaj ke tanah suci. Sebagian juga menganggap bahwa pergi mengantar calhaj sekalia untuk rekreasi ke kota Solo. Karena sang calhaj menyediakan bis dan kendaraan lain bukan hanya untuk mengantarnya tapi juga akan mengantar rombongan pengantar untuk melancong, entah ke bandara untuk melihat pesawat, ke Klewer dan PGS untuk belanja, atau ke kraton untuk berwisata.Maka tak heran, para pengantar membawa serta anak-anak mereka karena sekalian mengantar kerabat atau tetangga, mereka juga bisa berekreasi sekeluarga dengan gratis. 

Fenomena inipun tak disia-siakan oleh warga asli untuk menangguk rejeki. Dari sekian banyak pengantar tentu saja mereka butuh makan, minum, mck, transportasi, bahkan hiburan. Maka tak ayal, muncullah kios dadakan diarea asrama haji. Mulai dari makanan, minuman, mainan, oleh-oleh, dan pakaian menjamur bak cendawan di musim hujan. Tak ketinggalan, arena permainan anak-anak dan pasar malam, didirikan pula. Ada pua penjual jasa ojek yang mangkal di jalan-jalan untuk mengantar mereka ke tujuan karena parkir yang jauh dan memang, jika peak season seperti sekarang ini, parkir kendaraan bisa sejauh lima kilometer. Belum lagi penjual minum dadakan yang menjual minuman sepanjang jalan menuju asrama haji. Sungguh seperti pasar kaget laiknya saking ramainya.

Fenomena ini memang hanya setahun sekali, riuh rendah kawasan sekitar asrama haji juga hanya setahun sekali. Juga lalu lalang bis yang mengular sampai jauh itu semoga hanya setahun sekali karena jika lebih dari itu, kami sudah tak bisa maklum. Sama halnya dengan rombongan pengantar berjumlah besar itu, semoga tahun depan semakin berkurang saja jumlahnya, semakin mengecil hingga yang tersisa hanya satu buah mobil buat sau calhaj, mungkin itu lebih rasional.


No comments:

Post a Comment