Gagak Sipat, 12 November 2012
Lihat
kebunku penuh dengan tanaman
Ada
sayuran dan obat-obatan
Setiap
hari kusiram semua
Cabai
dan kunyit semuanya tumbuh
Mungkin
itu adalah gubahan lagu yang paling tepat untuk menggambarkan kebunku saat ini.
Sebenarnya, bukan kebun berbentuk kotak dengan panjang kali lebar
sekian-sekian, bukan seperti itu. Kebunku ini hanya berupa sisa-sisa tanah yang
bisa ditanami dari rimbunnya beton dan batu dihalamanku yang mungil. Memang
susah mencari lahan nganggur dirumah kompleks kekee.
Di
kebunku itu, aku sedang belajar untuk menanam beberapa tanaman. Yang paling
awal sih cabai karena merupakan makanan pokok ke 11 kami. Jadi, aku bermimpi,
suatu saat, aku punya pohon cabai sendiri yang, kalau aku ingin membuat sambal
tinggal petik saja. Sudah sehat, gratis pula, untuk mak irit seperti aku
sungguh angan yang menggiurkan kekeke. Jadilah skarang ku menanam cabai,
kira-kira sekitar 10 pohon yang kutanam di lahan dekat jalan. Maka, jadilah
tanah sisa jalan yang seharusnya ditanami bunga atau beton menjadi ladang cabai.
Menumbuhkan cabaiku ini membuhkan waktu yang lama karena disamping bibitnya
dari biji, ada episode mati kering segala karena lupa disiram sama hubby pas
aku tiggal mudik. Jadilah, aku memulai lagi dari awal. Akhirnya perjuanganku
tak sia-sia, biji-biji itu kini telah tumbuh setinggi sepuluh senti dengan daun
antara 4 sampai 6 lembar. Semoga kelak jika sudah berbuah dan masak, bisa
dinikmati bersama dengan para tetanggaku.
Tanaman
selanjutnya yang kutanam adalah empon-empon atau bumbu dapur. Sejauh ini yang
tumbuh hanya kunyit dan kencur. Sedangkan jahe dan lengkuas baru dalam tahab
mencari lahan kosong, coz lahan apotik hidupku yang Cuma secuil terletak didekat
tembok dan tempat cuci piring, sudah penuh dengan pohon kunyit 3 batang serta
kencur 2 batang. Mungkin jahe kan kutanam dekat dengan cabaiku sedangkan
lengkuas, aku masih belum punya ide mau ditanam dimana coz kata suamiku, panen
lengkuas itu begitu menguras tenaga. Tapi, harus tetap kutanam karena lengkuas
adalah salah satu bumbu penting dalam masakanku disamping garlic dan onion
serta salam. Mungkin aku harus mulai mencari bibit salam yang akan aku tanam di
pot.
Lalu,
aku berkenalan dengan sirih, kali ini bukan sirih sembarang sirih tapi sirih
merah. Dulu, aku beranggapan yang namanya sirih ya biasa saja, Cuma tumbuhan
merambat, khasiatnya buat membersihkan daerah kewanitaan dan jamu titik. Aku
juga berpikir, jika menumbuhkan sirih itu mudah saja, tinggal tancap, nanti
juga tumbuh sendiri. Ternyata tak diduga tak dinyana. Berawal dari sebuah
omongan dari seorang teman kantor hubby yang akan memberikan bibit sirih merah
lalu dan beberapa bulan kemudian tibalah setangkai sirih merah. Waktu itu hanya
kulirik sebentar, sama hubbyku yang tak begitu suka berkebun, cuma diletakkan
begitu saja itu sirih merah yang berpot aqua gelasan bekas di samping rumah.
Akupun tak memperhatikannya, hingga dua hari kemudian, aku lihat daunnya layu
semua.
Tiba-tiba muncul rasa ibaku. Tanaman itu adalah pemberan dan kini layu,
tentu hal itu tak boleh dibiarkan begitu saja. Lalu dengan ketetapan hati (cie,
lebay deh), aku potong batang yang layu itu ingga menyisakan tiga ruas dengan
sebuah daun saja. Kemudian batang itu kusitami tiap hari sambil berdoa semoga
tidak mati. Karena waktu itu aku belum tahu masalah persirihan, aku taruh
batang itu ditempat panas, maksudku kala itu agar mendapat banyak sinar
matahari. Akhirnya aku baru tahu bahwa sirih tidah suka sinar matahari yang
terik. Tapi aku yakin pohon sirihku itu pohon yang kuat. Karena, walaupun aku
taruh diterik mentari, dia tetap tumbuh dan bertunas setelah daun satu-satunya
rontok. Aku mulai berpikir bahwa aku harus merawat pohon sirih ini.Begitu juga
hubby, begitu tahu pohon itu tumbuh daun kecil, dia langsung berbangga diri
dengan mengatakan bahwa dialah yang selama ini merawat sirih itu hingga
bertunas. Padahal kenyataannya, nonsense. Aku masih ingat kematian cabai-cabaiku
ditanah kering tandus itu.
Lalu, si hubby menyarankan agar aku memindah pohon
itu dari potnya ke tanah karena dirasa sudah bias bertunas dan berdaun kecil.
Aku sih setuju saja, lalu aku tanam pohon itu dibawah tiang jemuran. Lalu
karena penasaran, malamnya aku googling dan menemukan kenyataan bahwa sirih
hanya butuh 50% sinar matahari saja. Hal itu membuatku galau hingga tak bisa
tidur. Kemudian, keesokan harinya, aku memindahkan lagi pohon sirihku ke tempat
yang lebih teduh yakni dibawah pohon pepaya katena hanya itu satu-satunya pohon
yang tumbuh ditanah kami. Hasilnya sejauh ini, tumbuh tunas mungil, tapi entah
kapan menjadi besar, semoga tak lama-lama.
Selanjutya,
ada tanaman sambiloto. Tanaman obat ini kudapat dari tetangga. Aku belum sempat
googling untuk tahu apa khasiatnya. Ada dua bibitnya, tumbuh semua. Sayang
beribu sayang, salah satunya harus mati coz keinjek sama hubby pas njemur. Karena
keterbatasan lahan jadinya itu sambiloto aku tanam di bawah jemuran, kekeke.
Berlanjut ke tanaman pandan dan daun suji. Kali ini bibitnya berasal dari taman
tetangga disamping masjid RT sebelah. Keliatannya sih tumbuh juga coz sejauh
ini tidak ada tanda layu atau membusuk. Semoga segera grow up juga ^^.
Nah,
bicara tentang dua tanaman terakhirku yang baru saja kutanam, berarti bicara
tentang khazanah buah-buahan. Yang pertama adalah Jeruk Purut. Bibit si jeruk
purut ini ga sengaja kudapat dari tukang sayurku. Ceritanya si mbak Rum, tukang sayurku itu
membeli bibit jeruk untuk ditaman dirumahnya, pas keliling jualan, aku lihat tu bibit. Lalu,
kurayulah mbak Rum buat menjualnya padaku secara besok khan dia bisa ke pasar
buat beli bibit lagi. Dasar aku perayu ulung (halah, lebay!), maka diberikanlah
bibit itu padaku seharga tiga K saja. Kekeke. Yang kedua adalah Jambu Biji
Mandarin. Aku sih sangsi kalo itu benar namanya coz itu yang bilang bapak
penjualnya. Aku sih iya ajalah. Itu jambu ntar katanya buahnya kecil-kecil tapi
manis. Batang pendek aja udah berbuah, katanya juga ini. Ya semoga aja bener
coz aku belinya disamping buat banyakin koleksi tanaman juga nolongin orang
niatnya coz aku kasihan sama si bapaknya yang jualan keliling mikul taneman,
mana belum ada yang laku lagi. Walaupun, mungkin harganya diluar kewajaran,
tapi gak mngkin juga tu bapak bisa bangun mall pake duit itu. Ya ga?? Kekekeke
Alhamdulillah,
kebunku sekarang sudah semakin menghijau. Alamat harus mencari pot
banyak-banyak serta tanamannya. Sebenernya aku pingin sekali menanam Jambu
dersono, tapi apa daya, lahan dirumah sungguh sempit, tak layak ditanami
tanaman tinggi menjulang berakar tunggang. Apa kata tetangga nanti jika plester
semennya retak gara-gara akar pohon. Jadi ingat kersenku yang ditebang karena
merusak lantai tetangga. Akhirnya harus puas dengan tanaman pot. Ingin sekali
menanam pohon lemon, jeruk nipis, salam, lengkuas, jahe, sirih merah lagi,
sirih hitam, bayam merah, cabai gendot, selada keriting, bokcoy, terong ungu, bit,
seledri, daun bawang, tomat cherry, dan jambu bol. Jika bisa menanam semuanya,
pasti senang sekali. Semoga saja.
No comments:
Post a Comment